Jembatan Dua Bangsa

Indonesia dan Malaysia adalah dua bangsa yang memiliki rumpun dan bahasa yang sama. Kerukunan dua bangsa ini akan mencipta suatu kekuatan yang besar dan disegani. Karena itu, kerukunan dan persatuan antara keduanya harus senantiasa dijaga. Memang ada masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan perpecahan, namun sepatutnya semua itu harus diredam dan diminimalisir. Kedua bangsa yang besar ini harus waspada karena tidak mustahil ada tangan-tangan jahil yang sengaja merancang makar di balik layar untuk membuat kedua bangsa ini bertengkar, berpecah dan tidak bersatu. Maka perlu ada jembatan yang dapat menghubungkan kedua bangsa besar ini dalam bentuk tulisan. Artikel ini adalah salah satu upaya untuk menciptakan jembatan itu.

Nasehat Elang Pada Anaknya





Kau tahu bahwa semua elang hanya pantas bagi sesama elang:
Dengan segenggam sayap, masing-masing memiliki hati singa.
Harus berani dan hormat diri, sergaplah mangsa yang besar saja.
Jangan bersibuk dengan ayam hutan, burung belibis dan pipit,
Kecuali jika kau ingin melatih kepandaian memburu.
Adalah hina, pengecut, tanpa berusaha mengeram
Membersihkan paruh kotor dengan mengambil makanan dari tanah.
Elang tolol yang meniru cara hidup burung pipit yang pemalu
akan menjumpai nasib malang sebab ialah yang akan menjadi mangsa buruannya.
Kutahu banyak elang yang jatuh dalam debu di mata mangsanya
Oleh karena mereka memilih jalan hidup burung pemakan gandum.
Peliharalah martabatmu hingga hidupmu bahagia
Selalulah geram, keras, berani dan kuat dalam perjuangan hidup.
Biarlah ayam hutan yang malang punya tubuh indah dan langsing
Bangunlah dirimu kokoh seteguh tanduk rusa jantan.
Apapun kesenangan yang berasal dari kehidupan fana di sini
Datang dari hidup yang penuh keberanian, kegiatan dan kecermatan.
Nasehat berharga yang telah diberikan elang kepada anaknya :
Jadikanlah tetesan darah kemilaumu berkilat-kilat bagaikan intan.
Jangan kehilangan diri dalam penggembalaan seperti domba dan kerbau.
Jadilah seperti nenek moyangmu semenjak dulu.
Kuingat dengan baik betapa orangtuaku senantiasa menasehatiku begitu.
“Jangan bangun sarangmu di dahan pohon”, ujar mereka.
“Kita para elang tak mencari perlindungan di taman dan ladang manusia.
Surga kita di puncak-puncak gunung, gurun luas dan tebing jurang.
Bagi kita haram menjemput bulir-bulir jelai dari tanah
Sebab Tuhan telah memberi kita ruang lebih tinggi yang tak terbatas”.
Penduduk kelahiran angkasa yang berdiam di bumi
Di mataku lebih buruk dari burung kelahiran bumi
Bagi elang ladang buruannya adalah karang dan batu jurang.
Karang baginya adalah batu gosok untuk mempertajam cakar-cakarnya
Kau adalah salah seorang anak kebuasan yang bermata dingin
Keturunan paling murni dari burung garuda.
Jika seekor elang muda ditantang seekor harimau
Tanpa mengenal takut ia akan membelalakkan matanya.
Terbangmu pasti dan megah seperti terbang malaikat
Dalam nadimu mengalir darah raja purba puncak-puncak gunung
Di bawah kolong langit yang luas ini, kau tinggal
Martabatmu terangkat oleh kekuatan, sasaran apapun tak ditampik oleh matamu
Kau tak boleh meminta makanan dari tangan orang lain kapan pun saja
Baik-baiklah kau membawa diri dan dengarkan selalu nasehat yang baik dan luhur.


Mohammad Iqbal (1877-1938)
Payam-i- mashriq (Pesan Dari Timur)
(Terjemahan oleh Abdul Hadi WM)

Konsep Bepergian Dalam Islam



Adanya hukum jama' dan qashar untuk shalat-shalat tertentu dalam Islam merupakan petunjuk kuat bahwa Islam mempunyai konsep bepergian tersendiri. Dalam terminologi Islam, bepergian sering diistilahkan dengan sebutan 'safar'. Orang yang bepergian disebut 'musafir'. Di dalam Al-Qur'an bahkan kita menemukan perintah untuk bepergian. Qur'an menggunakan kata-kata 'siiruu' yang merupakan bentuk perintah dari kata kerja 'saara' yang artinya berjalan. Kata-kata 'sayyaarah' untuk menyebut mobil (Melayu: kereta) dalam bahasa Arab juga berasal dari kata dasar ini.
Secara ringkas, bepergian dalam Islam memiliki adab-adabnya tersendiri, di antaranya: Berdo'a sebelum bepergian, menghindari bepergian untuk tujuan negatif seperti maksiat atau menyebar permusuhan, mengambil ibrah dan pelajaran dari tempat-tempat yang dikunjungi, silaturrahmi, dan sebagainya.